Kamis, 28 Maret 2013

Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal


Definisi/Pengertian Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal, Instrumen Serta Penjelasannya

A. Arti Definisi / Pengertian Kebijakan Moneter (Monetary Policy)
            Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
             Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
             Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policu)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1.  Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
            Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
            Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
            Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
            Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
B. Arti Definisi / Pengertian Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)
            Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
            Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
            Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.

Kamis, 21 Maret 2013

Analisis studi kelayakan bisnis


1.         PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai perhitungan kriteria investasi yang erat hubungannya dengan studi kelayakan bisnis. Tujuan dari perhitungan kriteria investasi adalah untuk mengetahui sejauh mana gagasan usaha (proyek) yang direncanakan dapat memberikan manfaat (benefit), baik dilihat dari finansial benefit maupun dilihat dari sosial benefit.            Hasil perhitungan kriteria investasi merpukan indikator dari modal yang diinvestasikan yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek. Apabila hasil perhitungan telah menunjukkan feasibel (layak), pelaksanaan akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan biasanya terjadi karena faktor uncontrolable seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah atau data yang digunakan tidak relevan.
            Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis ini adalah :
1.      Net Present Value (NPV)
2.      Internal Rate Of  Return (IRR)
3.      Net Benefit Cost Ratio (NBCR)
4.      Gross Benefit Cost Ratio (GBCR)
5.      Propitability Ratio (PR).
6.      Pay Back Period (PBP)
7.      Break Event Point (BEP)

Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan suatu peralatan khusus dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan proyek sangat tergantung pada kemampuan investasi yang tersedia. Keputusan yang timbul dari hasil analisis proyek secara umum dapat digolongkan atas tiga bagian yaitu:
1.      Menerima atau menolak proyek
2.      Memilih satu atau beberapa proyek yang paling layak untuk dikerjakan
3.      Menetapkan skala prioritas dari proyek yang layak.

2.         Perhitungan Kriteria Investasi
2.1.            Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang benefit dengan nilai biaya produksi atau dengan perkataan lain berapa besar benefit yang diperoleh dari jumlah yang dikeluarkan. Net Present Value (VPV) merupakan net benefit yang telah di diskon dengan menggunakan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai discount factor. Apabila hasil perhitungan dari Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol maka dapat dikatakan usaha/proyek tersebut feasible (layak) untuk dijalankan dan jika Net Present Value (NPV) kecil dari nol maka tidak layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan NPV sama dengan nol ini berarti usaha/proyek tersebut berada dalam keadaan Break Event Point (BEP) dimana TR = TC dalam bentuk present value. Untuk menghitung Net Present Value (NPV) dalam menjalankan sebuah gagasan usaha diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan. Rumusnya sebagai berikut :


a.      Net Present Value (NPV)
atau
 atau
Di mana :
     =    Net Benefit = (Benefit – Cost)
        =    Biaya Investasi + Biaya Operasi
        =    Benefit yang telah di discount
        =    Cost yang telah di discount
          =    Discount faktor
         =    Tahun (waktu)
Keterangan :
-          Apabila Net Present Value > 0 feasibel
-          Apabila Net Present Value < 0 tidak feasibel
-          Apabila Net Present Value =  0 dalam keadaan Break Event Point.
Contoh :
Seorang petani pinang yang memiliki luas area sekitar 4 Ha inngin mengembangkan usaha pinang tersebut maka jumlah dana ini ditentukan dari akumulasi perkiraan-perkiraan yang kompherensif terhadap jenis budi daya pinang. Adapun jenis-jenis perkiraan tersebut seperti tersaji pada Tabel I di bawah ini :







Tabel IV.I
Perkiraan Jumlah Investasi dan Modal Kerja Komoditi : Pinang

NO
URAIAN
STANDAR FISIK DAN BIAYA
VOLUME
SATUAN
HARGA
JUMLAH
(Rp)
(Rp)
1
2
3
4
5
6
I
Peralatan





1
Cangkul
4
Buah
 Rp       58,000
 Rp 232,000

2
Parang
5
Buah
 Rp       37,000
 Rp 185,000

3
Crembor
4
Buah
 Rp       32,000
 Rp 128,000

4
Koret
2
Buah
 Rp       36,000
 Rp   72,000

5
Ayakan Tanah
1
Buah
 Rp       45,000
 Rp    45,000

6
Drum
3
Buah
 Rp       12,000
 Rp    36,000

7
Selang
210
Meter
 Rp         4,000
 Rp  840,000

8
Hand Sprayer
2
Unit
 Rp       35,000
 Rp     70,000

9
Mesin Pompa Air
1
Unit
 Rp  4,000,000
 Rp  4,000,000

Jumlah
232

 Rp 4,000,000
 Rp  5,608,000
II
Bahan-Bahan





1
Bibit
145
Batang
 Rp       30,000
 Rp  4,350,000

2
Ajir
125
Batang
 Rp         1,000
 Rp    125,000

3
Tiang pagar
1000
Batang
 Rp         3,000
 Rp  3,000,000

4
Kawat Duri
100
Gulung
 Rp       85,000
 Rp  8,500,000

5
Paku
10
Kg
 Rp       10,000
 Rp     100,000

Jumlah
1380

 Rp    129,000
 Rp  16,075,000
III
Lain-lain





1
Pembuatan Pondok jaga
1
Buah
 Rp  2,950,000
 Rp      2,950,000

2
Angkutan Bahan


 Rp     367,000
 Rp         367,000

Jumlah
1

 Rp 2,000,000
 Rp     2,000,000







Total



 Rp   25.000,000


            Berdasarkan Tabel IV.I di atas dapat dilihat bahwa besarnya perkiraan modal kerja untuk membuka usaha pinang yang dilakukan oleh masyarakat petani pinang yang adalah sebesar Rp. 25.000.000,-. Maka bila layak usaha pinang tersebut dapat dilihat dari uraian perhitungan dibawah ini:






Tabel II
Persiapan Perhitungan Net Present Value

Thn
Investasi
B. Operasi
Total Cost
Benefit
Net Benefit
DF
Present Value
13%
1
2
3
4
5
6
7
8
0
      25.000.000
 -
       25.000.000
 -
      (25.000.000)
1,0000
      (25.000.000)
1
      20.000.000
 -
       20.000.000
 -
      (20.000.000)
0,8850
      (17.699.115)
2
 -
       6.000.000
         6.000.000
       23.000.000
       17.000.000
0,7831
       13.313.494
3
 -
       7.000.000
         7.000.000
       28.000.000
       21.000.000
0,6931
       14.554.053
4
 -
       7.000.000
         7.000.000
       32.000.000
       25.000.000
0,6133
       15.332.968
5
 -
       8.000.000
         8.000.000
       37.000.000
       29.000.000
0,5428
       15.740.038







       16.241.438

Maka:
            NPV = Rp. 16.241.438
Tabel III
Persiapan Perhitungan Net Present Value
Thn
Investasi
B. Operasi
Total Cost
Benefit
Net Benefit
DF
Present Value
-
-
13%
B
C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
      25.000.000
 -
       25.000.000
 -
      (25.000.000)
1,0000
      (25.000.000)
 -
       25.000.000
1
      20.000.000
 -
       20.000.000
 -
      (20.000.000)
0,8850
      (17.699.115)
 -
       17.699.115
2
 -
       6.000.000
         6.000.000
       23.000.000
       17.000.000
0,7831
       13.313.494
       18.012.374
         4.698.880
3
 -
       7.000.000
         7.000.000
       28.000.000
       21.000.000
0,6931
       14.554.053
       19.405.405
         4.851.351
4
 -
       7.000.000
         7.000.000
       32.000.000
       25.000.000
0,6133
       15.332.968
       19.626.199
         4.293.231
5
 -
       8.000.000
         8.000.000
       37.000.000
       29.000.000
0,5428
       15.740.038
       20.082.118
         4.342.079







       16.241.438
       77.126.095
       60.884.667







Maka :
                              
            NPV = Rp. 77.126.095 - 60.884.667,-
            NPV = Rp. 16.241.438
            Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat NPV menunjukkan sebesar = Rp. 16.241.438 dengan discoun fectornya 13 % menunjukkan bahwa usaha pinang layak dikembangkan dimana NPV > 0.

2.2.Internal Rate of Return (IRR)
Ukuran kedua dalam perhitungan kriteria investasi adalah Internal Rate of Return (IRR). Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan bahwa tingkat bunga yang akan menghasilkan present value dari sebuah usaha/proyek sama dengan nol.
Apabila hasil perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dari usaha tersebut lebih besar dari bunga pinjaman maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. Dan sebaliknya apabila Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh lebih kecil dari pada bunga pinjaman yang berlaku dalam masyarakat maka usaha tersebut tidak layak untuk diteruskan karena akan mendatangkan kerugian bagi pelaksananya. Selanjutnya untuk menghitung besarnya International Rate of Return (IRR) digunakan rumus :

            IRR     =    i1 +

            IRR     =    i1 +
                        =    0,13 +
                        =    0,13 +
                        =    0,13 + 1,04 (0,13)
                        =    0,13 + 0,1352
                        = 0,2652
                        = 26,52 %
            IRR     = 26,52  %.













Tabel IV
Perhitungan IRR

Thn
Net Benefit
DF
Present Value
DF
Present Value
13%
26%
1
2
3
4
5
6
0
      (25.000.000)
1,0000
          (25.000.000)
1,0000
      (25.000.000)
1
      (20.000.000)
0,8850
          (17.699.115)
0,7937
      (15.873.016)
2
       17.000.000
0,7831
           13.313.494
0,6299
       10.707.987
3
       21.000.000
0,6931
           14.554.053
0,4999
       10.498.026
4
       25.000.000
0,6133
           15.332.968
0,3968
         9.918.770
5
       29.000.000
0,5428
           15.740.038
0,3149
         9.131.566



           16.241.438

           (616.666)

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh IRR sebesar 26,52 % ini berarti IRR > SOCC (sosial opportunity cost of capital) maka usaha pinang pada masyarakat petani pinang Feasible (layak) untuk dikembangkan. Berdasarkan pada uraian ini, usaha Pinang mempunyai IRR lebih besar dari SOCC, pada tingkat IRR sebesar 26,52 % menunjukkan net present value sama dengan nol seperti terlihat pada grafik I di bawah ini :
Grafik I
Hubungan Antara IRR dengan NPV
            NPV


16.241.438,-

            0                                                                                                   26,52% DF 26
            NPV                                          13 %
- 616.666,-

2.3.            Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Suatu proyek layak diusahakan apabila Net B/C > 1, artinya penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Suatu proyek tidak layak diusahakan apabila Net B/C < 1, artinya penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-).
            Net B/C    =   
                              =   
            Net B/C    =    1,38
Dari perhitungan di atas diperoleh Net B/C sebesar 1,38 ini berarti Net B/C > 1 maka usaha pinang pada masyarakat petani pinang Feasible (layak) untuk dikembangkan.

2.4.            Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Ibrahim (2003:152) mengatakan adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah di discount dengan cost secara keseluruhan yang telah di discount. Ratio dalam perhitungan ini menunjukkan jika Gross B/C lebih besar dari satu menunjukkan layak (feasible).
Tabel IV
Perhitungan Jumlah Investasi, Biaya Pemeliharaan

Thn
Investasi
B. Operasi
Benefit
DF
-
-
-
13%
I
OM
B
1
2
3
5
7
8
9
10
0
       25.000.000
 -
 -
1,0000
       25.000.000
 -
 -
1
       20.000.000
 -
 -
0,8850
       17.699.115
 -
 -
2
 -
         6.000.000
       23.000.000
0,7831
 -
         4.698.880
       18.012.374
3
 -
         7.000.000
       28.000.000
0,6931
 -
         4.851.351
       19.405.405
4
 -
         7.000.000
       32.000.000
0,6133
 -
         4.293.231
       19.626.199
5
 -
         8.000.000
       37.000.000
0,5428
 -
         4.342.079
       20.082.118





       42.699.115
       18.185.542
       77.126.095


      Gross B/C       =   
                                    =   
            Gross B/C            =    1,27
Dari perhitungan di atas diperoleh Gross B/C sebesar 1,27 ini berarti Gross B/C > 1 maka usaha pinang pada masyarakat petani pinang Feasible (layak) untuk dikembangkan.
Ratio ini juga menunjukkan :
Gross B/C > Feasibel
Gross B/C < Tidak Feasibel
Gross B/C = berada dalam keadaan BEP

2.5.            Profitability Ratio (PR)
Merupakan rasio perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi yang nilainya telah di discount.
Analisis Profitability Ratio akan digunakan untuk mengukur perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasional dan pemeliharaan dibanding dengan besarnya investasi yang akan dikeluarkan. Profitability ratio merupakan suatu ratio perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi.
PR       =   
                        =   
                        =   
            PR       =    1,21
Dari perhitungan di atas diperoleh PR sebesar 1,21 ini berarti PR > 1 ,  maka usaha pinang pada masyarakat petani pinang Feasible (layak) untuk dikembangkan.
2.6.            Pay Back Period (PBP)
Analisis Pay Back Period (PBP) dalam studi kelayakan perlu ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasinya.
Untuk menghitung Pay Back period (PBP) dengan rumusnya sebagai berikut :
            PBP           =   
                              =    3 +
                              =    3,2629
                              =    3 tahun, 2 bulan dan 6 hari

v  Untuk menghitung PBP (Pay Back Period)
PBP adalah untuk melihat sejauh mana sebuah usaha yang dijalankan dapat menutupi seluruh investasi yang dikeluarkan. Dalam kasus produksi pinang petani pada tahun 1 usaha tersebut dapat menutupi seluruh biaya. Investasinya seperti terlihat pada.

2.7.            Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui berapa variabel didalam kegiatan suatu proyek, seperti tingkat produksi, biaya yang dikeluarkan serta pendapatan yang diterima dari suatu proyek yang dikerjakan.
v  BEP adalah untuk melihat sejauh mana sebuah usaha bisa menutupi seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan.
v        BEP           =   
                  BEP     =   
                        =   
                        =    4 + 0,1912
                        =    4 tahun, 2 bulan, 9 hari → dari hasil ini dapat kita hitung :
                              0,1912 x    12 bulan    = 2,294 bulan
                              0,294   x    30 hari       = 8,832 hari
Jadi dapat dinyatakan bahwa usaha pinang yang dilakukan petani pinang dapat mengembalikan seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan setelah 4 tahun 2 bulan dan 9 hari. Setelah BEP (Break Event Point) maka usaha tersebut telah memiliki keuntungan pada pengusaha sehingga berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kriteria investasi maka usaha pinang yang dilakukan petani pinang secara ekonomi dinyatakan sudah layak untuk dikembangkan karena NPV > 0, IRR > SOCC (sosial opportunity cost of capital), Net B/C > 1, Gross B/C > 1, dan PR > 1.







Untuk melihat BEP dan Pay Back Period dapat dilihat
Grafik 2
            PV,I,C,B                                                        
                                                                                                                         TR
                                                                                                                                TC
57.043.978,-                                                      BEP


 

37.417.779                                    PBP                                                          
                                                                 
                        0    1          2          3             4             5             6                7
Tahun
            Seperti terlihat pada grafik diatas maka keuntungan petani pinang dapat setelah usaha tersebut mencapai BEP. Formula yang digunakan untuk mengetahui produksi dalam keadaan BEP dimana TR = TC dapat dilihat dari uraian berikut :
TR = p X q dan
TC = a + bq                 p.q = a + bq
p.q – bq = a                 q (p – b) = a
q = a/(p – b)
BEP (q) =
Untuk menghitung BEP dalam rupiah adalah mengalikan dengan harga perunit produksi (p)
BEP (Rp) =

Dimana :
a : Fixed cost (biaya tetap)
b : Biaya variabel perunit
p : harga perunit
q : jumlah produksi
Tabel VI
Proyeksi Rugi Laba

NO
URAIAN
TAHUN
1
2
3
4
5
1
Hasil Usaha
       13.200.000
       21.700.000
       25.200.000
       55.000.000
       65.700.000
2
B. Operasi
 -
         6.000.000
         7.000.000
         7.000.000
         8.000.000
3
Laba Operasi
      (13.200.000)
       15.700.000
       18.200.000
       48.000.000
       57.700.000
4
Pajak 15 %
 0
         2.355.000
         2.730.000
         7.200.000
         8.655.000
5
Laba Bersih (Net Benefit)
 0
       13.345.000
       15.470.000
       40.800.000
       49.045.000

Cadangan Laba
 0
       13.345.000
       28.815.000
       69.615.000
     118.660.000








Contoh Kasus 2 :
            Sebuah perusahaan Minyak Rambut Khas Aceh (Meunyeuk Ôk Cap Lonceng). Berdasarkan rencana usaha dan hasil penelitian saya peroleh data sebagai berikut :
1.   a.   Kebutuhan Investasi
            -  bangunan untuk tempat kerja
               ukuran 20 m x 35 m x @ Rp. 12.500,-………………..      Rp.   8.750.000,-
-   bangunan pabrik pengolahan minyak
   ukuran 10 m x 8 m x @ Rp. 14.500,-………………….     Rp.   1.160.000,-
-  peralatan pabrik………………………………………….   Rp.      500.000,-
-  bangunan untuk ruang pengolahan (pemrosesan)
   ukuran 16 m x 12 m x @ Rp. 17.000,-…………………    Rp.   3.264.000,-
-  peralatan untuk kemasan minyak (botol)……………...      Rp.        80.000,-
-  tanah lokasi untuk usaha 150 m
   dengan harga @ Rp. 18.000 x 150 m…………………       Rp.   2.700.000,-
      b.   Kebutuhan Modal Kerja……………………………………   Rp.   2.318.500,-
                                                                                                               Rp. 18.772.500,-
2.   Sumber dana direncanakan melalui kredit Bank sebesar Rp. 11.000.000,- dengan suku bunga pertahun 18% dan dimajemukan setiap setahun selama 5 tahun. Sisa modal @ Rp. 7.772.500,- merupakan modal sendiri.
3.   Kapasitas produksi (full capacity) pertahun sebesar @ Rp. 5.000 botol yang direncanakan untuk tahun pertama dan kedua sebesar 75% dan tahun 3 – 5 sebesar 100%.
4.   Biaya operasi dan pemeliharaan.
      a.   biaya tidak tetap
            -  biaya bahan baku per unit produksi diterima ditempat usaha diperhitungkan sebesar @ Rp. 80,-
            -  biaya bahan pembantu perunit produksi diperkirakan sebesar @        Rp. 100,-
            -  upah tenaga kerja langsung diperhitungkan perunit produksi sebesar @ Rp. 200,-
      b.   biaya tetap.
            -  gaji karyawan tetap 1 (satu) orang perbulan @ Rp. 180.000,-
               @ Rp. 180.000,- x 12 bulan                                           Rp.  2.160.000,-
            -  biaya umum rata-rata pertahun                                      Rp.       50.000,-
            -  biaya penyusutan pertahun                                            Rp.     259.200,-
            -  nilai scrape value pada akhit tahun kelima sebesar        Rp.  4.500.000,-
            -  biaya perawatan pertahun rata-rata                                Rp.     180.000,-

5.   Harga jual hasil produksi minyak rambut Rp. 2.500,-/botol dan pajak diperhitungkan 15% dari hasil net benefit.
            Berdasarkan kasus usaha miyak rambut cap lonceng apakah produksi minyak rambut ini layak untuk dikembangkan bila dilihat NUP, IRR dan net B/C?
Hitunglah NPV, IRR, net B/C, gross B/C, PR, PBP, BEP dan proyeksi rugi/laba?
Penyelesaian
            Dik :    an  =    Rp. 11.000.000,-
                        n    =    5 tahun
                        i     =    18% = 0,18
            Dit :     R   = ……?
Jawab
                        R   =    an
                              =    Rp. 11.000.000
                              =    Rp. 11.000.000 (0,319777841)
                              =    Rp. 3.517.556,-




Tabel 1
JADWAL PENGEMBALIAN KREDIT
PRODUKSI MINYEUK ÔK

Berdasarkan uraian pengembalian kredit di atas maka usaha minyak rambut cap lonceng mendapat kepercayaan dari Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) cabang Lhokseumawe dalam memberi pinjaman. Pinjaman yang dipinjamkan sebesar Rp.11.000.000; (sebelas juta rupiah) dapat dikembalikan selama lima tahun dengan tingkat suku bunga yang ditentukan oleh bank 18 %. Bunga yang didapati oleh Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) cabang Lhokseumawe untuk tahun pertama Rp. 11.000.000; X 18 % = Rp. 1.980.000; sedangkan tahun kedua sampai tahun kelima dapat dihitung dengan 18 % kalikan setiap sisa kredit pertahun.
Kapasitas produksi (full capacity) diperkirakan pertahun sebesar 5.000 (lima ribu) botol/tahun. Direncanakan produksi untuk tahun pertama dan tahun kedua siap 75 % sedangkan tahun ketiga, keempat, dan kelima akan siap 100 %. Untuk menjalankan operasinya serta kelancaran usahanya, membuat perincian biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai berikut :
1.   Perhitungan Biaya Tidak Tetap.
            Untuk menghitung biaya operasi adalah sebagai berikut :
      a.   biaya bahan baku tahun 1 - 2     = 75% x 5.000 botol x Rp. 80,-
                                                               = Rp. 300.000,-

                                                   3 - 5     = 100% x 5.000 botol x Rp. 80,-
                                                               = Rp. 400.000,-
      b.   biaya pembantu tahun   1 - 2      = 75% x 5.000 botol x Rp. 100,-
                                                               = Rp. 375.000,-
                                                    3 - 5    = 100% x 5.000 botol x Rp. 100,-
                                                               = Rp. 500.000,-
      c.   biaya upah tenaga kerja tahun 1 - 2    = 75% x 5.000 botol x Rp. 200,-
                                                                        = Rp. 750.000,-
                                                             3 – 5   = 100% x 5.000 botol x Rp. 200,-
                                                                        = Rp. 1.000.000,-
            Berdasarkan perhitungan tersebut di atas maka untuk pembelian bahan baku pada tahun ke 1 dan tahun ke 2 sebesar Rp. 300.000,- sedangkan tahun ke 3 sampai tahun ke 5 sebesar Rp. 400.000,-. Ini bearti tahun ke 3 sampai tahun ke 5 mengalami peningkatan produksi dimana pembelian bahan baku meningkat sebesar Rp. 100.000,-, untuk pembelian bahan pembantu pada tahun ke 1 dan tahun ke 2 sebesar Rp. 375.000,- sedangkan tahun ke 3 sampai tahun ke 5 sebesar Rp. 500.000,-. Ini bearti tahun ke 3 sampai tahun ke 5 mengalami peningkatan produksi dimana pembelian bahan pembantu meningkat sebesar Rp. 125.000,- untuk biaya pembayaran upah tenaga kerja pada tahun ke 1 dan tahun ke 2 sebesar Rp. 750.000,-  dengan memproduksi produk 75 % artinya Usaha minyak rambut cap lonceng dalam memproduksi minyak rambut amla tahun 1 dan tahun 2 masih ada kegagalan produk atau produk-produk yang rusak dan cacat sedangkan tahun ke 3 sampai tahun ke 5 sebesar Rp. 1.000.000,-. Ini bearti tahun ke 3 sampai tahun ke 5 mengalami peningkatan produksi dimana pembelian bahan baku meningkat sebesar Rp. 250.000,- . produknya pun tidak mengalami kegagalan lagi.
1.      Perhitungan Biaya Tetap.
            Adapun perincian pengeluaran biaya-biaya yang tetap adalah sebagai berikut :
a.       Biaya untuk pembayaran gaji tahun ke 1 sampai tahun ke 5 pada Usaha minyak rambut cap lonceng sebesar Rp. 180.000,-/bulan.
b.      Biaya untuk umum tahun ke 1 sampai tahun ke 5 pada Usaha minyak rambut cap lonceng sebesar Rp. 50.000,-/Tahun.
c.       Biaya untuk penyusutan tahun ke 1 sampai tahun ke 5 pada Usaha minyak rambut cap lonceng sebesar Rp. 252.200,-/Tahun.
d.      Biaya untuk perawatan tahun ke 1 sampai tahun ke 5 pada Usaha minyak rambut cap lonceng sebesar Rp. 180.000,-/Tahun.
            Sedangkan perhitungan Net Present Value (NPV)  seperti terlihat pada Tabel IV.3 berikut ini dimana untuk menghitung hasil usaha adalah sebagai berikut :
      Tahun 1 & 2    = 75% x 5.000 botol x Rp. 2.500,-           =  Rp. 9.375.000,-
      Tahun 3 – 5     = 100% x 5.000 botol x Rp. 2.500,-         =  Rp. 12.500.000,-
      Scrape Value  (nilai sisa) pada Usaha minyak rambut cap lonceng diperkirakan pada akhir tahun ke 5 (lima) sebesar Rp. 4.500.000,-
Keterangan :
      a.   bunga untuk tahun pertama    : Rp. 11.000.000 x 18% = Rp. 1.980.000,-
      b.   P. Pokok Pinjaman Tahun I   : Rp. 3.517.556 - Rp. 1.980.000 =
                                                              Rp. 1.537.556,-
Untuk menghitung biaya operasi
      a.   biaya bahan baku tahun 1 & 2   = 75% x 5.000 botol x Rp. 80,-
                                                               = Rp. 300.000,-
                                                   3 – 5    = 100% x 5.000 botol x Rp. 80,-
                                                               = Rp. 400.000,-
      b.   biaya pembantu tahun   1 & 2    = 75% x 5.000 botol x Rp. 100,-
                                                               = Rp. 375.000,-
                                                    3 – 5   = 100% x 5.000 botol x Rp. 100,-
                                                               = Rp. 500.000,-
      c.   biaya upah tenaga kerja tahun 1 & 2   = 75% x 5.000 botol x Rp. 200,-
                                                                        = Rp. 750.000,-
                                                             3 – 5   = 100% x 5.000 botol x Rp. 200,-
                                                                        = Rp. 1.000.000,-
biaya tidak tetap   =    total keseluruhan dari jenis biaya tidak tetap
biaya tetap             =    total keseluruhan dari jenis biaya tetap
total cost               =    biaya tidak tetap + biaya tetap
Tabel 2
REKAPITULASI BIAYA OPERASI DAN BIAYA PEMELIHARAAN

Untuk menghitung hasil usaha :
      tahun 1 & 2     = 75% x 5.000 botol x Rp. 2.500,-     = @ Rp. 9.375.000,-
      tahun 3 – 5      = 100% x 5.000 botol x Rp. 2.500,-   = @ Rp. 12.500.000,-
      Scrape Value yang diketahui disoal sebesar               = @ Rp. 4.500.000,-
Tabel 3
PERHITUNGAN NPV
Keterangan :
            Gross benefit   = hasil usaha + nilai sisa (scrape value)
            Total Cost       = Biaya operasi + pinjaman + bunga
            Benefit                        = gross benefit – total cost
            Net benefit                  = benefit – pajak
Tabel 4
PERHITUNGAN IRR

           
            IRR     =    i1 +
                        =    0,18 +
                        =    0,18 +
                        =    0,18 + 0,80 (0,16)
                        =    0,18 + 0,128
                        =    0,3080
                        =    30,80 %
            IRR     =    30,80 %  →  layak untuk diteruskan
Untuk menghitung Net B/C maka :
            Net B/C     =         
                              =   
                              =    1,20 → layak
Keterangan :
v  Jika Net B/C > 1 berarti layak untuk diteruskan usaha tersebut.
v  Berdasarkan hasil perhitungan usaha yang dilakukan feasible dimana : NPV > 0, IRR > D.F dan Net B/C > 1.





Keterangan :
v  untuk menghitung Gross B/C maka :
      Gross B/C       =   
                                    =   
                                    =    1,06 → layak karena Gross B/C > 1 berarti feasible.
v  Untuk menghitung Propitability Ratio (PR) maka :
PR       =   
                  =   
                  =   
                  =    2,92 → PR > 1 , maka layak untuk diteruskan.
v  Untuk menghitung PBP (Pay Back Periodit)
Dimana PBP pada kasus usaha yang dijalankan oleh Usaha minyak rambut cap lonceng = 0 yang disebabkan dari  lebih tinggi.
v  Untuk menghitung BEP maka :
                  BEP     =   
Dimana :   
                        =    Rp.   7.430.700,-
                  Bicp     =    Rp. 28.733.438,-
                          =    Rp. 34.007.375,-
maka :
            BEP     =   
                        =   
                        =    4 + 0,7097
                        =    4 tahun, 8 bulan, 15 hari → dari hasil ini dapat kita hitung :
                              0,7097 x    12 bulan    = 8,5164 bulan
                              0,5164 x    30 hari       = 15,492 hari
                              0,492   x    24 jam       = 11,808 jam
                              0,808   x    60 menit    = 48,48 menit
            Maka jelas terlihat usaha minyak rambut telah dapat mengembalikan modal yang selama ini dikeluarkan berlangsung selama 4 tahun, 8 bulan, 15 hari.





Tabel 4.VI
PROYEKSI RUGI LABA
“USAHA MINYAK RAMBUT CAP LONCENG

Keterangan :
v  laba operasi                 =    hasil usaha – biaya operasi dan pemeliharaan
      laba operasi tahun 1    =    9.375.000 – 4.074.200
                                          =    Rp. 5.300.800,-
v  laba sebelum pajak                  =    laba operasi – bunga bank
      laba sebelum pajak tahun 1     =    5.300.800 – 1.980.000
                                                      =    Rp. 3.320.800,-
v  laba bersih                               =    laba sebelum pajak – pajak
      laba bersih tahun 1                  =    3.320.800 – 498.120
                                                      =    Rp. 2.822.680,-
v  cadangan laba                         =    laba bersih dari tahun ketahun ditambahkan




=============SEKIAN DAN TERIMAKASIH=============

Popular Posts